Showing posts with label dulu dan kini. Show all posts
Showing posts with label dulu dan kini. Show all posts

Monday, 25 May 2015

Dulu dan Kini: Berkelana di Bodjongweg

Sabtu, 20150523, saya jalan-jalan (literally jalan-jalan alias jalan kaki) menyusuri Jl. Pemuda atau yang dulu dikenal sebagai Bodjong. Hanya untuk membunuh waktu dan kebosanan mumpung gak ada latihan BRK dan sedang malas ke suatu event jejepangan di hari itu.
Jl. Pemuda alias Bodjong membentang dari jembatan Mberok di Kota Lama sampai dengan Tugu Muda. Saya gak jalan sepanjang itu sih, hanya mulai halte Johar depan eks-hotel Dibya Puri (Du Pavillion) sampai ke Gramedia Amaris Pemuda. Tujuannya? Ambil beberapa foto untuk diperbandingkan dengan kondisinya di masa lalu, yang seperti biasa angle-nya tidak persis karena susah ambil yang sama persis. Misi pertamanya adalah ambil foto Toko Oen dari seberang.
Itu kalau saya nekat berusaha ambil dengan posisi yang persis sama, mungkin saya akan ketabrak. Foto di atas perbandingan Toko Oen dan Jl. Pemuda sekitar tahun 1950 (sumber: semarang.nl) dengan kondisinya Sabtu kemarin. Tampak bangunan Toko Oen masih berdiri apa adanya seperti dulu, padahal bangunan-bangunan sekitarnya sudah ganti baru nan modern. Toko Oen juga masih buka. Saya seumur-umur malah belum pernah ke sana. Seems mahal sih. Selanjutnya, perjalanan berlanjut ke perempatan Duwet.
Perempetan Duwet merupakan persimpangan yang mempertemukan antara Jl. Pemuda, Jl. Gajahmada, dan Jl. Gendingan. Foto di atas juga perbandingan antara tahun 1950 (sumber: semarang.nl) dengan kemarin Sabtu. Tampak bangunan di ujung Jl. Gajahmada dan Jl. Pemuda masih tetap berdiri. Kurang tahu dulunya itu gedung apa, tapi sekarang, dalam beberapa tahun terakhir ini, dipakai oleh Ace Hardware. Perjalanan pun dilanjutkan kembali.
Kali ini target saya selanjutnya adalah galeri ATM Bank Mandiri Pemuda. Dari info yang saya ketahui, dulunya merupakan showroom mobil pertama di Semarang yang berdiri sejak sekitar tahun 1907. Yang foto lawas tidak diketahui dari tahun berapa (sumber: semarang.nl). Tampak bentuknya masih sama, yang beda sekarang ada tulisan Mandiri. Penggunaan sebagai ATM pun juga baru beberapa tahun terakhir ini. Sempet iseng coba masuk, isinya mesin ATM berjejer banyak sekali. Karena untuk ambil foto itu saya harus nyeberang dengan JPO baru, saya pun iseng memotret pemandangan Jl. Pemuda dari atas JPO.
Perjalanan pun berlanjut lagi hingga tibalah di destinasi berikutnya, yakni persimpangan Jl. Pemuda - Jl. Depok - Jl. MH Thamrin - Jl. Pierre Tendean - Jl. Tanjung dulu dan kini. Yang foto kuno dari sekitar antara tahun 1900-1940 (sumber: OASE).
Tampak gedung BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) masih berdiri dan sekarang jadi gedungnya Pertamina. Ternyata dulu ada pom bensin, sekarang sudah jadi pulau jalan. Di sebelah BPM, ada Societeit de Harmonie a.k.a GRIS yang sekarang jadi Paragon. Persimpangan ini sekaligus menjadi misi terakhir Sabtu kemarin. Sebenarnya, saya mau ambil foto di Smaga, tapi karena di sana lagi dipasangi tratak-tratak untuk acara jadinya lain kali saja.
Mungkin kapan-kapan saya perlu jalan-jalan di Pemuda lagi untuk mengambil foto-foto di sudut lain. Masih ada ruas yang belum saya ambil fotonya, seperti misalnya ruas Semarang 0 km depan kantor pos besar. Yang paling ingin saya perbandingken sih ya Smaga, maklum alumni. Semoga ada kesempatan masuk ke sana, karena beberapa tahun terakhir ini rasa-rasanya kurang bebas untuk keluar masuk Smaga seenaknya, tidak seperti dulu.

Tuesday, 14 April 2015

Dulu dan Kini: De Spaarbank

Kemarin Sabtu, 20150411, saya iseng jalan-jalan (literally jalan-jalan alias jalan kaki) muteri sebagian Kota Lama Semarang. Tujuannya hunting foto untuk diperbandingkan kondisinya dulu dan sekarang. Ambil beberapa foto yang lumayan. Di postingan ini saya sajikan dulu salah satunya yakni foto bangunan De Spaarbank.
Salah satu tujuan saya kemarin Sabtu adalah mencari bangunan De Spaarbank. Tertarik mencari karena kalau lihat di fotonya yang tempo doeloe bangunannya terlihat epic. Dapat clue letaknya di Jl. Kepodang tapi saya tidak hafal nama-nama jalan di Kota Lama jadinya ya asal jalan kaki saja. Sempat bingung karena gak ketemu-ketemu bangunan walau sudah menyusuri Jl. Kepodang. Akhirnya ketemu juga. Letaknya di ujung Jl. Kepodang sisi dekat Kali Semarang. Kondisi jalan depannya ramai dengan dayatsu (angkot). Walau ramai, saya cuek saja ambil fotonya. 
Seperti terlihat dari perbandingan foto di atas, walau angle-nya gak mirip, tapi bentuk bangunan De Spaarbank ini tidak terlalu berubah. Masih tampak sisa-sisa kejayaan masa lalu. Yang paling beda hanya di bagian pilar-pilar di teras bawah yang sekarang sudah ditutup. Bagian balkon dan beberapa ornamen masih tampak sama. Cuma sayang sepertinya sekarang sudah mangkrak. Tumbuh tanaman-tanaman liar dan ada gubuk-gubuk di depannya. Semoga saja tidak sampai rubuh karena desain bangunan ini terbilang epic.

Sunday, 22 March 2015

Dulu dan Kini: Gerbang SMA Sultan Agung dan Gerbang DP Mall

Jika biasanya saya hanya menulis mengenai satu tempat, di postingan kali ini saya akan menampilkan mengenai dua tempat sekaligus. Kedua tempat tersebut adalah Gerbang SMA Sultan Agung dan Gerbang DP Mall. Intinya tema kali ini adalah gerbang. Karena kemarin Sabtu, 20150321, saya memang ke dua tempat itu untuk mengambil foto.
Jadi ceritanya kemarin secara dadakan diajak makan-makan di K*C Bangkong. Barulah teringat di depan K*C Bangkong ada sisa-sisa gerbang kuno. Ya sudah, sehabis makan sekalian ambil foto gerbang itu. Dulunya merupakan gerbang kuburan Tionghoa dengan nuansa Tiongkok yang sangat kental. Di depan gerbang itu juga menjadi stopplaats (halte) trem jurusan Jomblang-Jurnatan. Foto kuno di atas diambil sekitar tahun 1930. Kondisi gerbang dan lingkungannya saat ini sudah banyak berubah. Gerbangnya masih ada dan jadi gerbang SMA Sultan Agung. Namun, nuansa Tiongkok-nya sudah hilang efek rezim Orde Baru. Bagian atapnya sudah agak berubah, tapi bagian kaki-kakinya masih sama dan menyisakan sedikit ornamen yang masih sama. Kuburannya sendiri sudah tidak ada. Begitu juga dengan stopplaats-nya. Untuk angle-nya berusaha mirip tapi tidak persis dan ketutupan pohon. Setelah itu, saya pun berpindah tempat.
Karena belum sore dan malas pulang, lanjut naik Trans Semarang menyusuri jalur trem masa lalu dan turun di halte Balai Kota. Tujuan selanjutnya ambil foto gerbang DP Mall. Saya ambil foto dari depan gedung sebelahnya Gedung Juang. Untuk foto kuno di atas, saya tidak tahu itu diambil dari tahun berapa. Nyari keteranganya juga gak ketemu. Dulunya itu merupakan gerbang sebuah panti asuhan. Sekarang, panti asuhannya sudah tidak ada dan sudah jadi ruko dan mall. Gerbangnya sendiri juga tidak asli alias replika karena yang asli sudah dibongkar entah tahun berapa. Walaupun replika, bentuknya dibuat menyerupai aslinya. Yang beda, jika dulu di gerbangnya hanya ada satu jalan di tengah, sekarang dibuat tiga: satu di tengah (untuk jalan mobil) dan dua di pinggir (untuk pejalan kaki). Konon katanya, gerbang replika ini posisinya bergeser beberapa meter dari gerbang aslinya.
Sekian. Seperti biasa, foto kuno bersumber dari media-kitlv. Foto kini diambil sendiri oleh saya.

Sunday, 15 March 2015

Dulu dan Kini: Taman Gajahmungkur

Beberapa hari ini tertarik membandingkan kondisi Taman Gajahmungkur dulu dan kini. Jadilah kemarin, Sabtu, 20150314, saya mampir ke sana sebentar untuk mengambil foto taman yang dulu disebut dengan Tillema Plein.Seperti biasa, angle-nya tidak sama persis dengan foto kunonya.
Ambil foto dari depan Ereveld (kuburan Belanda) Gajahmungkur. Foto tempo doeloe di atas sumbernya dari web media-kitlv.nl. Foto tersebut menampilkan kondisi Tillema Plein sekitar tahun 1927. Kalau dilihat dan dibandingkan dengan kondisi sekarang, dari segi bentuk tamannya masih seperti itu. Namun, yang sekarang telah dikelilingi banyak pohon seperti yang terlihat di foto bawah. Sampai-sampai pohon-pohon itu hampir menutupi bagian taman yang lain. Saya beri tambahan foto lagi tapi dari foto bulan lalu.
Seperti yang terlihat di atas, sejak dulu hingga sekarang pun taman ini tetap punya bagian atas dan bagian bawah. Di foto tahun 1927 tampak ada pohon yang ukurannya masih kecil di bagian atas taman, sepertinya itu adalah cikal bakal pohon beringin besar yang sekarang berdiri di posisi yang sama. Di foto tahun 1927 juga tampak ada rumah yang kalau tidak salah ingat sepertinya rumah itu masih ada sampai sekarang.
Sekian. Bisa dibilang Taman Gajahmungkur merupakan salah satu taman peninggalan Belanda yang masih ada sampai sekarang, selain Taman Diponegoro. Semoga saja tidak hilang ke depannya. Sepertinya sih tidak karena taman ini terbilang baru direnovasi.

Sunday, 8 March 2015

Dulu dan Kini: Taman Diponegoro

Jumpa lagi di rubrik Dulu dan Kini. Kali ini saya akan menyajikan mengenai Taman Diponegoro atau yang dulu disebut Raadsplein. Untuk foto yang masa kini, angle-nya tidak sama persis dengan foto kunonya. Foto kuno dalam postingan ini bersumber dari web media-kitlv.nl. Untuk foto masa kini merupakan hasil saya kemarin Sabtu, 20150307 berpetualang ke sana sejenak.
Pertama mari kita lihat foto di atas. Tampak Taman Diponegoro dari sisi ujung Jl. Sultan Agung depan ruko-ruko. Foto yang tempo doeloe diambil sekitar tahun 1927, sedangkan yang sekarang baru diambil kemarin, 20150307. Dilihat dari bentuk taman, bentuk jalan, serta pulau jalan, hampir tidak ada perubahan. Bentuknya masih gitu-gitu aja dari dulu. Perbedaannya untuk tamannya sekarang terlihat lebih banyak pepohonan hijau-hijau. Ukuran jalan pun tentu saja lebih lebar di zaman sekarang, juga kepadatan lalu lintasnya. Selanjutnya, mari menuju foto kedua.
Setelah mengambil foto pertama, saya pun berjalan ke area taman. Jika dilihat dari perbandingan foto di atas, bentuknya dari dulu hingga sekarang memang sudah begitu. Bahkan posisi bangku tamannya pun sama walau bentuknya beda. Itu di lingkaran sisi timur taman. Yang sekarang tentu saja sudah lebih banyak pohon dan tanamannya, juga terdapat kandang burung. Untuk rumah-rumah yang tampak di foto tempo doeloe, saya lupa atau lebih tepatnya kurang memperhatikan apakah masih ada atau tidak. Kelihatannya sudah ada yang hilang. Oh, lupa memberi tahu yang foto jadul dari sekitar antara 1925-1930, yang masa kini juga diambil pada 20150307. Selanjutnya, mari menyeberang ke foto ketiga.
Foto ketiga di atas diambil dari depan Puri Wedari di sebelah timur taman, menyeberangi jalan yang sangat padat kendaraan. Foto tempo doeloe dari sekitar tahun 1920-1925, sedangkan yang masa kini masih diambil pada 20150307. Mengenai perbedaan, mungkin permukaan jalan yang sekarang lebih tinggi. Hal ini tampak dari tangga yang dulu sampai dua tingkat sekarang cuma ada satu tingkat. Dari segi bentuk masih sama. Hanya saja yang dulu lebih minim pepohonan daripada yang sekarang. Entah hanya perasaan saya saja atau bagaimana, sepertinya bagian lingkaran di zaman dulu lebih luas daripada sekarang.
Sekian. Akhir-akhir ini kebanyakan lihat-lihat foto Semarang tempo doeloe jadi lebih ingin banyak menjelajah, menelusuri jejak dan bentuknya di masa kini. Apakah saya menemukan hobi baru? Entahlah. Ini masih belum bisa disebut hobi. Tapi memang menyenangkan sih membandingkan seperti ini.

Monday, 23 February 2015

Dulu dan Kini: Bendungan Plered

Membuat postingan baru mengenai perbandingan suatu tempat di Semarang versi tempo doeloe dengan versi masa kini. Dituangkan dalam rubrik baru bertajuk Dulu dan Kini. Sudah tertarik untuk membuat rubrik ini sejak lama tapi baru kesampaian sekarang. Sebagai pembukaan, akan saya sajikan mengenai Bendungan Plered yang terletak di Sungai Banjirkanal Barat, Semarang. Untuk foto yang masa kini, angle-nya tidak sama persis dengan foto kunonya. Foto kuno dalam postingan ini bersumber dari web semarang.nl.
Pertama mari kita lihat foto di atas. Tampak Bendungan Plered serta Banjirkanal Barat dari Jembatan Lemah Gempal. Foto yang tempo doeloe diambil sekitar antara tahun 1912-1935, sedang foto masa kini diambil pada 22 Februari 2015. Secara garis besar, bentuk bendungan serta lanskapnya tidak terlalu banyak berubah. Namun, jumlah pintu air yang sisi timur tampak berbeda. Jika dulu ada empat, sekarang hanya dua. Maklumlah, bendungan yang sekarang ini merupakan hasil renovasi proyek normalisasi Banjirkanal Barat pada tahun 2010-2011. Untuk sungainya, yang sekarang tampak lebih lebar karena telah dinormalisasi 4-5 tahun yang lalu. Selanjutnya, menuju perbandingan foto kedua.
Berjalan ke bendungan bagian timur lalu memandang ke arah selatan. Foto kuno dari sekitar tahun 1901 dan foto masa kini pada tanggal 22 Februari 2015. Untuk bagian sungai yang tampak di foto kedua ini disebut Kali Garang. Tampak tidak terlalu banyak perbedaan lanskap antara tahun 1901 dengan 2015. Bukit-bukit di bagian selatan Semarang masih terlihat namun sekarang sudah berdiri banyak bangunan. Sekarang pun sudah membentang jembatan Kali Garang yang baru dibangun sekitar tahun 1999-2000. Selanjutnya, mari menuju foto ketiga.
Puas memandang ke arah selatan, beralih memandang ke arah utara. Karena saya lupa angle foto jadulnya bagaimana, jadinya foto yang sekarang angle-nya terlalu geser ke barat. Intinya masih menghadap ke utara. Pemandangan dulu dan kini masih mirip-mirip, ada delta/pulau kecil dan jembatan Lemah Gempal. Namun, deltanya yang sekarang sudah dibuat ulang dengan semacam brangkal yang ditata dan sayangnya salah satunya penuh sampah. Untuk jembatan Lemah Gempal kondisinya sudah beda jauh. Sampai sekitar tahun 2010 jembatannya masih dikenal sebagai kreteg wesi (jembatan besi) yang tampak kuno. Namun, sejak 2010 itulah jembatan diperbaharui dengan beton dan dibuat ala-ala jembatan gantung. Di malam hari, jembatannya bisa menyala. Perbedaan lainnya di masa kini di sisi barat ada semacam taman/plaza sebagai ruang terbuka.
Sekian. Bagi saya menyenangkan untuk membandingkan foto-foto tempo doeloe dengan masa sekarang. Selanjutnya mungkin saya perlu menjelajah lagi mengambil foto dengan angle semirip mungkin untuk dibandingkan dengan versi tempo doeloe.