Tuesday, 29 September 2015

Demi Si Mbak!

Meng-update kembali blog ini setelah hampir tiga bulan terbengkalai. Masih dalam suasana gagal move on dari apa yang dialami saat berkelana ke Jakarta akhir pekan kemarin. Akhir pekan kemarin? Yes, tepatnya saat AFAID15 hari kedua. Sebagaimana tahun 2013 dan 2014, di tahun ini pun saya hadir ke AFAID tapi hanya hari kedua (Sabtu, 20150926), tidak tiga hari penuh seperti tahun-tahun sebelumnya. Selain karena memang dana terbatas, juga karena hanya mengincar nonton mbak nagi. 
Perjalanan dimulai hari Jumat, 20150925. Saat hari keberangkatan yang dinantikan ini tiba saya pun berkata, "tsui ni kono hi ga kita wa ne." Berangkat naik Tawang Jaya jam 1400 dari Stasiun Poncol bersama Nohara, imoutov, dan Yuurei. Selama perjalanan sempat diisi dengan pokeran beberapa jam sampai dilihatin anak kecil di kursi sebelah. Sampai di Stasiun Pasar Senen, Jakarta sudah jam 2100 lebih alias telat sekitar setengah jam. Kemudian, saya dan Nohara menginap di kos Baginda, sedangkan imoutov dan Yuurei di kosnya Erin.
Sabtu, 20150926, hari bersejarah itu datang juga, sekali lagi, "tsui ni kono hi ga kita wa ne." Berangkat pagi sekitar jam 0630 naik KRL dari Stasiun Kalibata menuju Stasiun Rajawali. Lalu dilanjut naik mikrolet dan sekitar jam 0800 tibalah di Jakarta International Expo (JIExpo) tempat terselenggaranya AFAID15. Langsung antri tukar tiket. Saat antri ketemu comrade Whoozah, terjadilah kembali pertemuan kelas berat karena badannya berat-berat semua. Setelah itu, barulah antri buat masuk yang mana antriannya sudah panjang sekali.
Barulah sekitar pukul 0950 bisa masuk ke exhib hall AFAID15. Ada satu peraturan yang agak gak mengenakkan tahun ini, yakni pengunjung hanya boleh bawa masuk minuman bermerk So*ro, selain itu dilarang masuk. Dan pada praktiknya, jangankan minuman merk lain, air putih yang ditaruh di gembes (tumblr) bawa sendiri saja disuruh buang atau dihabisin dulu kalau mau masuk. Alhasil, air putih yang saya bawa pun langsung saya minum habis sebelum masuk gerbang. Sponsore surem, wagu, marai rempong ding.
Setelah berhasil masuk ke dalam, tujuan pertama adalah AFA Shop untuk beli titipannya Morin berupa iphone case dan cosmetic pouch Miku. Sebenarnya pingin beli photobook mbak nagi tapi lihat harganya yang Rp 380.000,- saya langsung nyerah. Selesai di AFA Shop, barulah muter-muter, tak lupa ke deretan creator hub beli beberapa barang, terutama CD album baru crafTuner, Azuressence. Juga ke salah satu booth ambil titipannya Morin. Secara keseluruhan dari pengamatan saya, creator hub tahun ini kurang variatif karena hampir didominasi oleh tiga fandom: LL, kapal, dan pedang. Kondisi exhib hall hari kedua itu sungguh ramai sekali, bikin sulit bergerak. Saking ramainya, saya sampai malas mau foto-foto cosplayer.
Sekitar jam 1300 ada sesi DJ Kazu di booth Sony. Gak bisa merangsek ke depan karena sudah ramai. Namun, walau ramai orang tapi reaksinya kurang ramai. Hal ini karena kalau saya lihat di bagian depan tidak ada orang-orang yang biasanya jadi frontliner Tim Perusuh Booth Sony. Saya hanya melihat Dhan dan Tiruvee di depan. Habis itu sempat ngobrol-ngobrol sebentar sama Dhan dan Tiruvee.
Sekitar jam 1330, mampir lihat-lihat ke booth EXIT TUNES. Sebelumnya sudah sempat ke situ dan galau mau beli CD apa gak. Pas mampir lagi kebetulan ada Majiko dan Mikito-P di sana dan kondisinya sepi. Salah seorang staff menunjuk-nunjuk CD-nya Majiko yang Contrast seolah-olah tahu saya pingin beli itu. Pertahanan saya pun jebol. Beli album Contrast-nya Majiko dan gak ngira langsung dikasih tanda tangan oleh Majiko saat itu juga. Padahal di situ tulisannya sesi tanda tangan baru dimulai jam 1630. Tak lupa salaman dan sedikit ngobrol basa-basi. Lalu iseng minta foto ternyata dibolehin. Niat hati hanya ingin nge-foto Majiko seorang, staff-nya malah nyuruh two-shot sama Majiko, dan saya pun grogi. 
Kemudian, karena di situ ada Mikito-P sekalian deh minta tanda tangannya (maruk banget yak). Setelah itu saya bahagia dan merasa bersyukur bisa bahasa Jepang karena jadi bisa ngobrol (walau basa-basi) sama Majiko, Mikito-P, dan beberapa staff EXIT TUNES. Oh, btw, Majiko yang asli lebih imut dan lucu daripada kalau lihat di foto/videonya, serius. Ditambah potongan rambutnya yang nge-bob itu. Orangnya juga agak malu-malu kalem gimana gitu.
Pas muter-muter exhib lagi, datanglah Jem dan jumpa lagi setelah tujuh bulan ini Jem berkelana di Garut. Tak berselang lama, saya dan Nohara pun menuju stage demi melihat sesi talkshow bersama para bintang tamu konser I♥Anisong, termasuk mbak nagi. Sesi talkshow yang sangat sebentar, tapi lumayan lah karena bila lihat langsung mbak nagi pertama kalinya dalam hidup. Mbak nagi beneran pendek, gak hanya rambutnya tapi juga badannya.
Kembali ke exhib, menuju mini-stage karena ada penampilan dari Mikito-P dan Majiko persembahan spesial dari EXIT TUNES. Waktu menunjuk sekitar pukul 1530. Untung bisa dapat tempat yang agak depan dekat panggung. Dibuka dengan Mikito-P yang menyanyikan tiga lagu, yakni Sarishinohara, Shinzo Democracy, dan Akai Ito, sambil menggenjreng gitar. Setelah itu, giliran Majiko yang pertama menyanyikan Hitorinbo Envy (koyori), lalu disusul Karakuri Pierrot (40mP), dan kayaknya ada satu lagu lagi tapi saya lupa apa. Kemudian, dilanjut dengan duet Mikito-P dan Majiko. Mikito-P nggenjreng gitar, Majiko nyanyi. Yang pertama lagu Setagaya Night Safari lalu ditutup dengan Klub Arisan 1 2 alias 1, 2, Fun Club.  
 
Duet keduanya menciptakan kombinasi yang menarik. Mikito-P yang menggalau-gimana-gitu tapi tetap enerjik nggenjreng gitar dan Majiko yang perform-nya beneran asik. Majiko yang tampak malu-malu ketika nyanyi bisa jadi enerjik, meliuk-liuk di beberapa lagu, pindah-pindah ke kiri dan kanan, dan suaranya sungguh mantab. Overall, paling asik waktu mereka bawain 1, 2, Fun Club. Bener-bener ngangkat.
Sekitar jam 1700, langsung menuju depan stage untuk antri sesi konser. Antrian sudah panjang. Selain ngantri sama Nohara, juga sama Whoozah dan juga Erin yang ber-cosplay sebagai Shibuya Rin. Pas ngantri ini akhirnya sempat ketemu dan ngobrol sebentar sama comrade Marcel dan ABA sesama TeamMbakNagi. Sayangnya gak bisa nonton bareng mereka.
Setelah antri dua jam lebih, akhirnya sekitar jam 1910 bisa masuk ke area konser bagian GA. Konser pun dimulai sekitar jam 1930 lebih sedikit, dibuka oleh Lisa. Sebenarnya saya sudah gak ngikutin lagu-lagunya Lisa pasca Girls Dead Monster. Total bawain delapan lagu di mana salah satunya adalah Ichiban no Takaramono. Selain itu, yang saya ingat judulnya adalah Raising Heart dan Merry Go Round. Saya nontonnya dengan mode simpan energi buat si mbak.
Lisa usai, berganti dengan DJ Kazu. Membawakan remix medley berbagai lagu anisong. Gak seperti biasanya, kali ini DJ Kazu agak lumayan bawain lagu yang aneh-aneh. Saya memilih nonton dengan santai, hanya agak heboh bereaksi di beberapa lagu. Satu hal yang saya agak kecewa dari reaksi penonton adalah saat DJ Kazu muter lagu Jojo ~Sono Chi no Sadame~. Hampir gak ada yang bereaksi dengan lagu itu (setidaknya di sekitar saya), pada gak tahu lagu itu? Tolonglah. Sementara itu, saya heboh sendiri waktu lagu itu diputer. DJ Kazu berakhir, saya memilih agak mundur biar panggungnya kelihatan karena sebelumnya hampir selalu ketutupan orang di depan yang tak kalah tingginya. 
Tibalah saat yang dinanti-nantikan, yakni mbak nagi. Inilah alasan terbesar saya untuk datang ke AFAID15. Saya kira bakal dibuka dengan Vidro Moyou tapi ternyata dibuka dengan Yukitoki. Seketika saya bersemangat sampai loncat-loncat karena saatnya untuk mengerahkan segala tenaga. Disambung dengan lagu yang paling baru, Harumodoki. Setelah itu, masuk sesi MC di mana mbak nagi memperkenalkan diri dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata. Sesi MC yang singkat karena mbak nagi gak banyak ngomong. Lanjut dengan Tokohana. Mulai lagu ini reaksi penonton mulai menurun begitu seterusnya hingga sesi si mbak usai. Setelah Tokohana, berturut-turut mbak nagi membawakan Zoetrope dan Laterality. Benar-benar lima lagu yang menguras tenaga karena berturut-turut digeber lagu yang powerful.
Usai Laterality, masuk sesi MC, kemudian dilanjut dengan lagu-lagu yang cenderung slow. Ada Aquaterarium dan saya pun ikut "hi hi hi hi hi" mengikuti lagunya. Selanjutnya ada Mitsuba no Musubime, tentu saja saya turut berteriak, "Musundeeeee." Akhirnya tibalah di lagu terakhir, ditutup dengan sempurna lewat Vidro Moyou. HYPE TO THE MAX!! Ini, ini yang paling saya tunggu-tunggu. Dari semua lagu-lagu si mbak era major label, Vidro Moyou tetap lagu favorit dan paling berkesan. Sepanjang lagu saya pun ikut nyanyi karena memang hampir hafal semua liriknya. Tak lupa ikut jingkrak-jingkarak bertepuk tangan di awal lagu dan melambaikan tangan saat reff.
Sungguh luar biasa! Benar-benar puas! Penantian panjang selama enam tahun, terhitung sejak pertama nge-fans si mbak jaman Kimi no Shiranai Monogatari, berakhir sudah. Akhirnya bisa nonton konsernya si mbak secara langsung. Sungguh menguras emosi dan energi. Suaranya mbak nagi sungguh memang luar biasa merdu. Waktu di panggung juga cukup enerjik, lompat-lompat, pindah ke kanan ke kiri. Teringat zaman dulu betapa susahnya mencari foto wajahnya si mbak. Kalau pun ada foto/videonya, cuman tampak samping atau belakang, pun dari depan wajahnya ditutupi, tapi itupun sudah bisa bikin hype bareng para comrade. Nonton konsernya langsung dulu hanya seperti mengharap suatu hil yang mustahal. Tapi akhirnya harapan itu terkabul kemarin Sabtu bisa nonton si mbak langsung dengan mata kepala sendiri. Terharu dan bahagia. Lengkap sudah rasanya. Oh, pas sesi MC, mbak nagi berkata tahun depan ingin kembali lagi ke Indonesia. Semoga saja hal itu terwujud. Amin.
Setelah mbak nagi selesai, saya pun langsung mundur, keluar, dan pulang ke kosnya Baginda. Sudah terlalu capek dan memang gak berminat nonton fripSide. Pulang ke Semarang hari Minggu, 20150927, kembali dengan Tawang Jaya jam 2300. Perjalanan pun berakhir.
Epilog. Benar-benar puas nonton mbak nagi. Ditambah bertemu Majiko dan Mikito-P. Mengenai AFAID15, not bad lah. Hall yang dipakai ternyata lebih besar dari perkiraan tapi karena booth dan pengunjungnya terlalu banyak jadinya tetap susah gerak. Akses transportasinya pun ternyata tidak sesusah kata orang-orang. Sangat gampang dijangkau malah karena bisa dengan KRL, Trans Jakarta, mikrolet, ataupun bajaj. Pilihan acara hiburannya pun makin variatif. Yang paling saya sayangkan adalah kebijakan sponsor yang terlalu berlebihan dengan melarang masuk segala air minum apapun itu kecuali bermerk So*ro. Banyak air minum yang terbuang percuma di depan gerbang. Untuk tahun depan, lebih berharap AFAID kembali ke JCC. Apakah saya akan datang lagi? Entahlah, tergantung bintang tamunya. Secara karena sudah nonton mbak nagi, saya sudah tidak terlalu mengharap yang lainnya.
Foto loots sebagai penutup (yang ijo-kuning di kanan foto titipannya Morin):

Tuesday, 30 June 2015

Sebuah Kilas Balik: Lima Tahun Love Live! Proyek Idola Sekolah

Hari ini, Selasa, 20150630, atau yang bertepatan dengan 13 Ramadhan 1436 H, merupakan tepat lima tahun sejak sebuah proyek idola sekolahan, Love Live! School Idol Project pertama kali diluncurkan. Ya bisa dibilang hari ulang tahunnya Love Live!. Melalui postingan ini saya sekedar ingin melakukan kilas balik selama lima tahun ini mengenal dan menggemari Love Live!.
Pertama kali tahu dan mendengar nama Love Live! itu sejak sekitar bulan puasa (Agustus) tahun 2010. Saya tahu dari membaca sebuah info kecil di scan-scanan majalah Newtype. Cukup penasaran juga setelah baca info itu dan seperti ada daya tarik tersendiri. Penasaran itu sebenarnya apa? Sebuah anime kah? Ataukah sebuah proyek idola dua dimensi kolaborasi Sunrise, Dengeki, dan Lantis? Rasa penasaran itu sedikit terjawab sebulan kemudian, setelah lebaran alias pertengahan September 2010. Pertama kalinya saya mengunduh, menonton, mendengarkan single pertama mereka berjudul Bokura no LIVE Kimi to no LIFE. Sebuah single yang sebenarnya telah dirilis sebulan sebelumnya pada ajang Comiket, 20100813. Waktu itu mereka belum memakai nama μ's seperti sekarang, tetapi masih dengan nama Love Live!. Kesan pertama saya waktu itu terhadap Love Live! ini, "AKB48 banget!". Yap, mengenai kesan pertama itu sudah pernah saya tulis di postingan ini.
Setelah itu, bisa dibilang saya suka lagunya, cukup excited menanti lagu-lagu selanjutnya, tapi merasa impact-nya belum terlalu terasa. Barulah titik balik dalam menggemari Love Live! terjadi setelah Snow halation, yang merupakan single kedua mereka. Snow halation kalau tidak salah dirilis sekitar Natal 2010. Saya sendiri baru mengunduh, mendengar, dan menonton Snow halation pada Januari/Februari 2011. Barulah impact-nya terasa pada diri saya. Yang, jika saya memakai istilah pada postingan terdahulu, membuat saya jadi sangat gandrung pada Love Live!. Di sini mereka sudah memakai nama μ's. Sampai sekarang pun bagi saya Snow halation tetap lagu yang terbaik dan terfavorit karena meninggalkan kesan mendalam. Sejak saat itu jugalah, saya menetapkan diri untuk menjadi Nico-oshi.
Saking gandrungnya, pada hari Minggu, 20110220, saya membuat postingan mengenai Love Live! di blog ini serta mencari-cari lebih banyak info mengenai mereka. Sebuah postingan yang ala kadarnya. Pada waktu itu, sungguh susah sekali mencari info mengenai mereka. Mencari gambar mereka di google pun sama susahnya. Mungkin saking susahnya mencari info, pada tahun 2011 saya menemukan sebuah thread tentang Love Live! di suatu forum 48-an yang memakai postingan di blog ini sebagai referensinya. Bahkan, pada zaman itu kalau cari info di google, postingan saya pun muncul di halaman pertama. Selama tahun 2011 sendiri, μ's merilis masing-masing sebuah single sub-unit: Printemps dengan Love Marginal, BiBi dengan Diamond Princess no Yuutsu, Lilywhite dengan Shiranai Love Oshiete Love, serta merilis single ketiga mereka berjudul Natsuito Egao de 1,2, Jump! dengan Nico sebagai center. Mengenai single ketiga juga pernah saya tulis di postingan ini.
Menjadi seorang penggemar Love Live! alias μ's pada periode 2010-2011 itu sungguh sesuatu, sungguh hipster, gak umum, underrated. Umumnya pada waktu itu orang akan memilih ngidol ke 48, seperti halnya juga saya yang pada 2010 pun mendengarkan sedikit 48. Atau untuk orang yang memilih 2D idol, umumnya akan lebih memilih The Idolmaster. Tapi saya malah bisa-bisanya terpukau dengan μ's. Sekitar seminggu lalu, waktu ngobrol dengan Nohara sedikit menyinggung Love Live! ini, saya ngakak waktu mengenang zaman-zaman itu yang terasa hipster sekali ngidol Love Live! jika dibandingkan kondisinya sekarang. Cari infonya saja susah, apalagi cari orang yang suka. Jangankan suka, tahu saja tidak. Paling waktu itu saya agak bisa mengobrol dengan dua komraden dari kaskus, Omega dan Minoru, lewat blog masing-masing. Di dunia nyata ya paling ngobrolnya sama Nohara. Sampai-sampai pernah iseng ngobrol untuk ngaver dance-nya μ's atau sekedar berharap di event jejepangan ada yang ngaver μ's. Sesuatu yang hampir mustahil karena event jejepangan waktu itu lebih didominasi joged-joged Korea Selatan.
Memasuki tahun 2012, μ's merilis single keempat berjudul Mogyutto Love de Sekkinchuu pada Februari 2012. Lalu pada September 2012, merilis single kelima berjudul Wonderful Rush. Di tahun itu, saya masih suka dan menikmati lagunya μ's tapi gairahnya sedikit berkurang karena kalah dengan hingar bingar skena idola lokal, JKT48. Lebih tepatnya hingar bingar dari dalam diri saya dan sekitar saya. Bahkan saya sampai melewatkan single solo dari beberapa member μ's. Namun, saya tetap antusias waktu tahu Love Live! akan diadaptasi jadi anime pada 2013. Pada pertengahan tahun 2012 (Agustus/September) mulai muncul sebuah grup di fb bernama Love Live! School Idol Project Indonesian Nakama atau singkatnya LLID. Saya pun turut ditarik masuk ke grup itu walau saya gak terlalu aktif juga di situ sampai sekarang.
Januari 2013, tayanglah anime dari Love Live! dan tentu saya menontonnya dengan penuh antusias. Akhirnya gairah kegandrungan saya terharap μ's telah kembali sepenuhnya. Mulai menghafal lagi nama-nama member μ's dan seiyuu-nya, mendengarkan best album-nya, serta menonton versi bajakan konser pertama mereka yang berlangsung pada Februari 2012, yang meninggalkan kesan mendalam. Kembalinya antusiasme serta gairah ini turut ditunjang dengan mulai bosannya saya dengan 48-an serta merasa inilah dunia saya. Di bulan Juni 2013, akhirnya saya bersama BRK13 kesampaian mengaver Snow halation walau hanya berlima. Akhirnya? Ya, akhirnya setelah dua tahun sebelumnya hanya iseng-iseng ngobrol dengan Nohara. Di Indonesia secara umum pada waktu itu sepertinya belum bermunculan tim-tim pengaver μ's. Apakah itu artinya BRK13 yang pertama? Entahlah.
Mengenai perkembangan Love Live! antara 2013-2015 bisa dibilang sangat berkembang pesat. Di tahun 2013 selain muncul anime-nya juga muncul berbagai single yang berkaitan dengan anime-nya, kemudian muncul juga game-nya Love Live! School Idol Festival, konser ketiga, sousenkyo untuk single keenam yang berjudul Music S.T.A.R.T, serta berbagai seabrek barang-barang yang tidak bisa saya sebutkan di sini. Jumlah penggemarnya, yang kemudian disebut Love Liver, pun bertambah drastis. Di tahun 2014 diawali dengan konser keempat di Saitama Super Arena (SSA) yang jelas legendaris selama dua hari pada 8-9 Februari 2014. 
Lalu tayang anime season kedua pada musim semi 2014 yang tentu saja disusul dengan berbagai single yang berkaitan dengan anime-nya. Barang-barang lainnya? Tentu saja tambah seabrek. Tapi, jujur saja sejak season dua, entah kenapa lagu-lagunya tidak memiliki impact yang wah seperti yang dulu-dulu. Bisa dibilang lagu-lagunya agak biasa hingga kurang membuat terkesan. Bukan berarti jelek sih. Memasuki tahun 2015 dibuka dengan konser kelima kembali di SSA pada 31 Januari - 1 Februari 2015. Sebuah konser yang luar biasa. Di tahun ini pun anime-nya juga diangkat ke layar lebar dengan tajuk Love Live! School Idol Movie yang sudah tayang di Jepang sejak 13 Juni 2015. Dalam rentang waktu 2013-2015 ini pun berbagai penghargaan berhasil disabet seperti misalnya Golden Disc. Filmnya pun sejauh ini sudah tiga minggu beruntun merajai box office Jepang. Dalam rentang waktu ini pula, para member μ's mulai bersolo karir.
Di Indonesia sendiri jumlah Love Liver pun turut berkembang pesat sejak 2013. Semakin banyak juga cosplayer-cosplayer yang meng-cosplay-kan Love Live! serta membentuk tim-tim yang turut mengaver lagu-lagunya. Saat AFAID13 juga diadakan pemutaran episode perdana anime-nya season pertama. Turut hadir pula Nitta Emi a.k.a Emitsun selaku pengisi suara Honoka. Saat konser kelima berlangsung pun, Indonesia (baca: Jakarta) turut kebagian acara live viewing di dalam bioskop. Saya pun tak melewatkan kesempatan itu dengan turut menonton live viewing walaupun hanya yang hari kedua. 
Tiketnya cukup mahal (Rp 200.000/hari dan belum termasuk tiket sepur Semarang-Jakarta PP) tapi itu sangat worth karena walau hanya berupa live viewing tapi nuansanya, keramaiannya pun tak kalah, dan paling penting bisa nonton secara legal sehingga menimbulkan kesan mendalam. Tanggal 21 Oktober 2015 nanti, Indonesia (baca: kemungkinan besar Jakarta) pun akan kebagian jatah pemutaran Love Live! School Idol Movie di bioskop.
Bagaimana perkembangannya di Semarang khususnya? Cukup suram seperti biasa. Di sini mulai ramai atau mulai banyak yang mengetahui Love Live! baru setahun terakhir. Sepertinya sih imbas munculnya Love Live! SIF versi English yang kemudian banyak dimainkan dan dari situ mulai pada nonton anime-nya. Saya gak main SIF sih karena gak punya telepon pintar. Baru di tahun inilah mulai banyak bermunculan cosplayer-cosplayer yang meng-cosplay-kan member-member μ's. Padahal Neko telah memulai ber-cosplay μ's sejak 2013 sebagai Nico versi Snow halation. Pengaruh Love Live! di skena dance cover sini? Cukup satu kata: suram. Walaupun mulai ada yang mengaver lagunya μ's. Love Liver Semarang sepertinya memang malu-malu.
Karena tiba-tiba tulisannya sudah sangat panjang, langsung saja masuk bagian terakhir. Menjadi seorang penggemar Love Live! selama hampir lima tahun ini sungguh berkesan bagi saya. Hal ini terutama karena saya seperti bisa melihat perkembangan mereka benar-benar dari awal yang bukan siapa-siapa menjadi fenomenal seperti sekarang ini. Sungguh perkembangan yang luar biasa. Sesuatu yang dua tahun lalu saya tidak mengira μ's bisa seperti ini. Memasuki tahun keenam, kisah Love Live! sepertinya belum akan berakhir. Hal ini seiring telah diumumkannya proyek baru bagi μ's. Belum tahu berupa apa. Love Live! Sunshine pun telah diluncurkan dengan sebuah idol group baru bernama Aqours yang akan merilis single perdana pada Oktober nanti. Harapan saya pribadi untuk tahun keenam ini, semoga akan ada single ketujuh dengan sistem sousenkyo seperti sedia kala. Selain itu, semoga saya bisa nonton Love Live! School Idol Movie pada 21 Oktober nanti. Dan semoga di masa depan saya bisa nonton konsernya/perform-nya secara langsung. Amin. 
Happy 5th anniversary, Love Live! Terima kasih atas lima tahun ini.

Friday, 26 June 2015

Sebuah Kilas Balik: Happy 6th Anniversary, GUMI-chan!

Hari ini, Jumat, 20150626, atau yang bertepatan dengan 9 Ramadhan 1436 H, merupakan hari ulang tahun keenam GUMI. Sebagai orang yang sangat menyukai GUMI, tentu saja saya turut merayakannya dengan cara saya sendiri. Melalui postingan ini, saya sekedar ingin kilas balik dari masa-masa awal tahu GUMI hingga sekarang atau dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi sangat menyukainya.
Sudah dengar nama Megpoid GUMI sejak sekitar beberapa bulan setelah kemunculannya di tahun 2009. Waktu itu tahunya baru sebatas bahwa GUMI dibuat dengan suara berasal dari Nakajima Megumi dengan desain karakter didasarkan pada Ranka Lee (Macross F; diisi oleh Nakajima Megumi). Pada waktu itu, saya baru setahun menyelami dunia per-vocaloid-an dan bisa dibilang masih seorang Miku-oshi. Kemudian, barulah di akhir bulan Desember 2009, saya mencoba beberapa lagunya GUMI hasil meng-copy dari Nohara. Agak lupa apa saja, tapi yang jelas yang pertama kali saya dengarkan adalah lagu berjudul Miracle∞Gumiracle, sebuah lagu kaveran dari Touhou.
Impresi pertama saya pada waktu itu, suaranya natural sekali. Sampai sekarang pun, saya masih setuju dengan impresi pertama tersebut (bagian ini ditulis sembari mendengarkan kembali Miracle∞Gumiracle). Bisa dibilang, walau masih memakai teknologi V2 (Vocaloid 2), lagu ini tetap saya anggap sebagai yang paling natural bahkan dibandingkan lagu-lagu era GUMI V3 (Vocaloid 3).
Jujur saja, sampai awal tahun 2010 masih sedikit lagu GUMI yang bagus. Hal inilah yang membuat saya waktu itu belum sepenuhnya tertarik dengan GUMI. Barulah pada pertengahan 2010, nasibnya berubah drastis berkat DECO*27 lewat dua lagu legendaris: Mozaik Role dan Yowamushi Mont Blanc, yang kemudian masuk dalam mini-album Paloverel World (Juli 2010). 
Kebetulan pada waktu itu saya sedang suka-sukanya dengan album pertama DECO*27, Souaisei Riron, yang masih memakai Miku. Tentu saja saya turut antusias dengan Paloverel World yang isinya semuanya GUMI. Impresi saya terhadap GUMI pun semakin mendalam dan merasa inilah vocaloid dengan suara paling manusiawi terutama jika dibandingkan produk-produknya Crypton (Miku dkk). Apakah saya sudah oshi-hen dari Miku ke GUMI? Belum. Sampai awal 2011 pun saya masih seorang Miku-oshi walaupun perlahan mulai sering tertarik mendengarkan lagunya GUMI.
Masuk ke tahun 2011, suatu tahun yang merubah segalanya. Sekitar Februari/Maret 2011, muncullah album EXIT TUNES PRESENTS GUMism from Megpoid, sepertinya pada waktu itu pertama kali ada full album kompilasi yang isinya GUMI semua. 
Ternyata album ini meninggalkan kesan mendalam. Musik-musik yang bagus dipadu dengan suaranya GUMI yang terkesan natural dan hnnnggghhh sekali. Kemudian, kurang lebihnya berkat album inilah saya mulai oshi-hen dari Miku ke GUMI. Di satu sisi, waktu itu secara sadar atau tidak, rupa-rupanya video-video vocaloid di komputer pun hampir sebagian besar sudah lagu-lagunya GUMI. Faktor lain yang juga mempengaruhi yakni Rinami yang meng-cosplay-kan GUMI versi Sleep Sky Walk. Pernah saya singgung di postingan ini.
Paruh akhir 2011 (Agustus-Desember), masuklah ke sebuah babak/level baru dalam menyukai GUMI. Di periode itulah saya mulai berkenalan dengan ilustrasi-ilustrasi karyanya Tama. Dimulai pada Agustus 2011 lewat dua video lagu Shiryoku Kensa (40mP) dan Tropical Summer (Dios/Signal-P). Dari situlah saya merasa bahwa GUMI versinya Tama itu imut sekali (kemudian saya baru tahu kalau Aitai [Dios/Signal-P] itu juga digambar Tama). Sampai akhir 2011, berkenalan juga dengan karya-karya Tama lainnya dalam video lagu Nankai Renai (Takanon), Aa Subarashiki Nyansei (Nem), dan Countdown (Dios/Signal-P). Khusus untuk Nankai Renai, sampai sekarang tetap menjadi versi GUMI yang paling saya suka, yang terbaik, dan paling hnnnggghhh lah. Sejak itulah, saya telah sepenuhnya menyukai GUMI.
Sejak tahun 2012, saya semakin pemilih/selektif dalam mendengarkan lagu-lagu vocaloid. Ada kecenderungan saya hanya akan mendengarkan kalau lagu itu ciptaan voca-p favorit dan terutama kalau itu lagunya GUMI. Suatu kecenderungan yang masih berlangsung hingga sekarang. Jadi ya maaf kalau ada yang ngajak saya bicara soal beberapa lagu voca-p terkenal, apalagi gak pakai GUMI, yang saya malah gak mudeng (contoh kasus: Jin lewat seri Kagerou Project dengan IA sebagai vokal).
Masa-masa 2012 sampai sekarang merupakan tahap di mana saya mulai berani mengeluarkan sejumlah uang untuk hal-hal berkaitan dengan GUMI. Jumlahnya tak seberapa sih tapi jika ditotal nominal semuanya tetap saja banyak. Dengan kondisi keuangan pas-pasan, hanya beli yang sekiranya mampu dibeli. Sejauh ini antara lain, nendoroid, majalah COMIC@LOID vol 1, 2, 4, 5, kaos, beberapa gantungan kunci, pin, strap hape, Official Fanbook Megpoid, serta beberapa poster cetak sendiri. Sampai sekarang saya malah belum pernah beli CD album orisinalnya. Selain itu, juga pernah membelikan satu set kostum Clap Hip Cherry (minus sepatu) untuk imoutov. Beberapa benda yang tersebut tadi, saya taruh/ditata di suatu sudut kamar hingga membentuk semacam altar GUMI kecil-kecilan.
Mengenai perkembangan dari GUMI sendiri, terutama untuk periode 2014-2015, menurut saya agak menurun. Entah kenapa semakin jarang ada lagu yang bagus, walau sepertinya ini berlaku untuk skena vocaloid secara umum sih. Tapi memang demikian adanya. Lalu, salah satu problematika sebagai penggemar GUMI dalam beberapa tahun terakhir, kalau pun ada lagu bagus, biasanya di video klipnya tidak menampilkan karakter GUMI tapi digantikan karakter original disesuaikan dengan ceritanya. Inilah yang semakin membuat saya merasa kurang asupan GUMI akhir-akhir ini. GUMI needs more love. Di sisi lain, beberapa lagu GUMI mulai diadaptasi ke bentuk lain. Umumnya berupa komik, antara lain Shiryoku Kensa (40mP), Mozaik Role (DECO*27), dsb. Ada juga yang telah diadaptasi menjadi anime yakni seri Mikagura Gakuen Kumikyoku (Last Note.). Diangkat ke film layar lebar? Ada, yakni Noushou Sakuretsu Girl (Rerulili). Tak ketinggalan juga pengadaptasian ke bentuk novel seperti Juumensou (YM) dll. Yah, walaupun beberapa yang diadaptasi itu tidak menampilkan GUMI sebagai tokoh utama.
Karena tahu-tahu sudah terlalu panjang, langsung saja saya tulis bagian akhir. Di hari ulang tahun ke-6 ini saya tidak merayakannya secara wah seperti tahun 2013-2014 karena tiada uang (ada sih tapi disimpan untuk nonton mbak nagi) terlebih lagi tahun ini bertepatan dengan puasa. Merayakan secara wah dalam artian sampai beli kue tart, merayakan bersama imoutov yang berperan sebagai GUMI, tiup lilin, foto-foto, dan makan kue tart. Jadinya tahun ini sederhana saja, nulis ini, nyetel lagu-lagu lama, bikin kompilasi foto imoutov (lihat atas), dan spam timeline. Harapannya semoga ke depan semakin banyak lagi yang bikin lagu bagus dengan GUMI, semakin banyak ilustrasi yang bagus, serta yang tak kalah penting GUMI V4 cepatlah keluar. Amin. HAPPY 6th ANNIVERSARY, GUMI-CHAN!!

Monday, 25 May 2015

Dulu dan Kini: Berkelana di Bodjongweg

Sabtu, 20150523, saya jalan-jalan (literally jalan-jalan alias jalan kaki) menyusuri Jl. Pemuda atau yang dulu dikenal sebagai Bodjong. Hanya untuk membunuh waktu dan kebosanan mumpung gak ada latihan BRK dan sedang malas ke suatu event jejepangan di hari itu.
Jl. Pemuda alias Bodjong membentang dari jembatan Mberok di Kota Lama sampai dengan Tugu Muda. Saya gak jalan sepanjang itu sih, hanya mulai halte Johar depan eks-hotel Dibya Puri (Du Pavillion) sampai ke Gramedia Amaris Pemuda. Tujuannya? Ambil beberapa foto untuk diperbandingkan dengan kondisinya di masa lalu, yang seperti biasa angle-nya tidak persis karena susah ambil yang sama persis. Misi pertamanya adalah ambil foto Toko Oen dari seberang.
Itu kalau saya nekat berusaha ambil dengan posisi yang persis sama, mungkin saya akan ketabrak. Foto di atas perbandingan Toko Oen dan Jl. Pemuda sekitar tahun 1950 (sumber: semarang.nl) dengan kondisinya Sabtu kemarin. Tampak bangunan Toko Oen masih berdiri apa adanya seperti dulu, padahal bangunan-bangunan sekitarnya sudah ganti baru nan modern. Toko Oen juga masih buka. Saya seumur-umur malah belum pernah ke sana. Seems mahal sih. Selanjutnya, perjalanan berlanjut ke perempatan Duwet.
Perempetan Duwet merupakan persimpangan yang mempertemukan antara Jl. Pemuda, Jl. Gajahmada, dan Jl. Gendingan. Foto di atas juga perbandingan antara tahun 1950 (sumber: semarang.nl) dengan kemarin Sabtu. Tampak bangunan di ujung Jl. Gajahmada dan Jl. Pemuda masih tetap berdiri. Kurang tahu dulunya itu gedung apa, tapi sekarang, dalam beberapa tahun terakhir ini, dipakai oleh Ace Hardware. Perjalanan pun dilanjutkan kembali.
Kali ini target saya selanjutnya adalah galeri ATM Bank Mandiri Pemuda. Dari info yang saya ketahui, dulunya merupakan showroom mobil pertama di Semarang yang berdiri sejak sekitar tahun 1907. Yang foto lawas tidak diketahui dari tahun berapa (sumber: semarang.nl). Tampak bentuknya masih sama, yang beda sekarang ada tulisan Mandiri. Penggunaan sebagai ATM pun juga baru beberapa tahun terakhir ini. Sempet iseng coba masuk, isinya mesin ATM berjejer banyak sekali. Karena untuk ambil foto itu saya harus nyeberang dengan JPO baru, saya pun iseng memotret pemandangan Jl. Pemuda dari atas JPO.
Perjalanan pun berlanjut lagi hingga tibalah di destinasi berikutnya, yakni persimpangan Jl. Pemuda - Jl. Depok - Jl. MH Thamrin - Jl. Pierre Tendean - Jl. Tanjung dulu dan kini. Yang foto kuno dari sekitar antara tahun 1900-1940 (sumber: OASE).
Tampak gedung BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) masih berdiri dan sekarang jadi gedungnya Pertamina. Ternyata dulu ada pom bensin, sekarang sudah jadi pulau jalan. Di sebelah BPM, ada Societeit de Harmonie a.k.a GRIS yang sekarang jadi Paragon. Persimpangan ini sekaligus menjadi misi terakhir Sabtu kemarin. Sebenarnya, saya mau ambil foto di Smaga, tapi karena di sana lagi dipasangi tratak-tratak untuk acara jadinya lain kali saja.
Mungkin kapan-kapan saya perlu jalan-jalan di Pemuda lagi untuk mengambil foto-foto di sudut lain. Masih ada ruas yang belum saya ambil fotonya, seperti misalnya ruas Semarang 0 km depan kantor pos besar. Yang paling ingin saya perbandingken sih ya Smaga, maklum alumni. Semoga ada kesempatan masuk ke sana, karena beberapa tahun terakhir ini rasa-rasanya kurang bebas untuk keluar masuk Smaga seenaknya, tidak seperti dulu.

Saturday, 2 May 2015

Sebuah Penantian Itu Akan Berakhir

Tadi malam daftar bintang tamu pengisi konser anisong untuk AFAID 2015 diumumkan. Salah satu di antaranya terselip nama penyanyi pujaan yang sudah saya nanti-nantikan yaitu yanaginagi a.k.a mbak nagi. HYPE INTENSIFIES!!
Reaksi pertama saya seperti yang tertulis di fb, "ALHAMDULILLAH YA ALLAH!! SI MBAAAAAK AKU PADAMU!!". Speechless sih saking hype bahagianya. Akhirnya, sekali lagi, akhirnya sebuah penantian akan berakhir tahun ini. Akhirnya, sekali lagi, akhirnya mbak nagi akan perform di Indonesia. Sudah lama saya sangat ingin menonton dan atau bertemu mbak nagi secara langsung. Sepertinya sampai beberapa tahun lalu itu adalah hal yang mustahil. Namun, dengan pengumuman tadi malam itu sudah tidak lagi jadi hil yang mustahal.
Saya sebenarnya bingung mau menulis apa di sini karena speechless overhype. Yang jelas, mau tidak mau, harus berusaha untuk bisa nonton mbak nagi. Terpikir untuk sekali-kali ambil yang VIP harian yang ada mbak nagi, tapi belum tahu juga sih. Kalau lah sanggup. Sudah gak terlalu peduli sama bintang tamu yang lain walau katanya masih akan ada pengumuman bintang tamu lagi. 
Sudah, cukup sekian. Sebagai pelengkap hype semalam:

Tuesday, 14 April 2015

Dulu dan Kini: De Spaarbank

Kemarin Sabtu, 20150411, saya iseng jalan-jalan (literally jalan-jalan alias jalan kaki) muteri sebagian Kota Lama Semarang. Tujuannya hunting foto untuk diperbandingkan kondisinya dulu dan sekarang. Ambil beberapa foto yang lumayan. Di postingan ini saya sajikan dulu salah satunya yakni foto bangunan De Spaarbank.
Salah satu tujuan saya kemarin Sabtu adalah mencari bangunan De Spaarbank. Tertarik mencari karena kalau lihat di fotonya yang tempo doeloe bangunannya terlihat epic. Dapat clue letaknya di Jl. Kepodang tapi saya tidak hafal nama-nama jalan di Kota Lama jadinya ya asal jalan kaki saja. Sempat bingung karena gak ketemu-ketemu bangunan walau sudah menyusuri Jl. Kepodang. Akhirnya ketemu juga. Letaknya di ujung Jl. Kepodang sisi dekat Kali Semarang. Kondisi jalan depannya ramai dengan dayatsu (angkot). Walau ramai, saya cuek saja ambil fotonya. 
Seperti terlihat dari perbandingan foto di atas, walau angle-nya gak mirip, tapi bentuk bangunan De Spaarbank ini tidak terlalu berubah. Masih tampak sisa-sisa kejayaan masa lalu. Yang paling beda hanya di bagian pilar-pilar di teras bawah yang sekarang sudah ditutup. Bagian balkon dan beberapa ornamen masih tampak sama. Cuma sayang sepertinya sekarang sudah mangkrak. Tumbuh tanaman-tanaman liar dan ada gubuk-gubuk di depannya. Semoga saja tidak sampai rubuh karena desain bangunan ini terbilang epic.

Sunday, 5 April 2015

Jumpa Lagi Setelah Lima Tahun Berlalu

Sudah memasuki bulan April, itu tandanya waktu untuk anime-anime baru musim semi tayang. Dari sedikit yang sudah saya tonton, salah satunya adalah Nagato Yuki-chan no Shoushitsu. Ini salah satu yang saya tunggu-tunggu. Nagato Yuki? Shoushitsu? Apakah ini ada hubungannya dengan seri Suzumiya Haruhi? Terutama Suzumiya Haruhi no Shoushitsu? Jelas berhubungan. Karena seri Menghilangnya Nagato Yuki-chan merupakan spin-off dari Suzumiya Haruhi no Shoushitsu (cmiiw). Mengambil setting di dunia buatan Nagato alias tidak ada Haruhi di North High.
Di episode pertama ceritanya benar-benar tipikal slice of life. Haruhi dan Koizumi bukan murid North High. Nagato bukan alien tapi hanya gadis biasa berambut pendek berkacamata yang tampak pemalu namun lebih berekspresi. Asakura Ryouko muncul lagi tapi juga bukan alien. Bersama Kyon, Nagato, dan Asakura ketiganya anggota klub literatur biasa. Tidak ada SOS-Dan. Ruangan klub pun tidak banyak barang aneh-aneh ala SOS-Dan. Berlatar di bulan Desember (sebagaimana Menghilangnya Suzumiya Haruhi) menjelang Natal. Nagato ingin mengadakan pesta Natal di ruang klub dengan hidangan utama turkey. Mencari turkey, malah ketemu Tsuruya-san dan Mikuru, yang sekarang bukan time traveller.
 
Begitulah intinya eps 01 ini. Mengenai first impression, not bad. Memang sih art-nya beda, begitu pula studio yang menangani. Dampaknya saya sudah lelah melihat komen dan reaksi orang-orang yang tidak senang dengan perbedaan ini tentunya dengan membandingkan seri Suzumiya Haruhi terdahulu. Jika dulu yang megang KyoAni sekarang dipegang studio Satelight asuhan Kawamori Shoji. Masalah art yang beda, ya jelas beda, wong referensinya memang beda. Kalau dulu referensinya langsung dari light novel yang gambarnya digarap Itou Noizi, yang ini kan diadaptasi dari komik berjudul sama garapan Puyo. Nagato pun tampak lebih loli. Kyon jadi kurang sinis. Tsuruya-san jidatnya jadi kurang lebar. Dan berbagai perbedaan lainnya. 
Walau art-nya beda, setidaknya formasi dan komposisi para pengisi suaranya masih tetap sama. Tetap ada Tomokazu Sugita, Minori Chihara, Yuko Goto, dkk. Hal ini lah yang tetap membuat saya puas dan hype menonton ini. Seolah-olah membangkitkan kembali jiwa Haruhi-ism yang telah lama terpendam. Padahal Haruhi baru muncul sekilas berpapasan dengan Nagato. Tinggal menunggu kembalinya Haruhi dengan suara Aya Hirano.
Pertanyaan selanjutnya, mungkinkah akan ada Suzumiya Haruhi season tiga? Serta, kapankah Tanigawa Nagaru merilis novel ke-12? Sudah lima tahun berlalu sejak movie Suzumiya Haruhi no Shoushitsu dan empat tahun sejak novel 10-11. Setidaknya spin-off Yuki-chan ini bisa menjadi obat pelepas rindu.

Wednesday, 1 April 2015

Saenai Katoh no Sodate-kata

Sejak Jumat, 20150327, lalu selesai sudah Saenai Heroine (Kanojo) no Sodate-kata atau disingkat Saekano di episode 12. Sudah nonton sejak Jumat tapi baru sempet nulis sekarang. Bisa dibilang salah satu anime favorit musim dingin lalu. Tidak seperti biasanya, Jumat kemarin Saekano langsung tayang dua episode, 11-12. Mumpung slotnya Shigatsu wa Kimi no Uso kosong karena tamat seminggu sebelumnya jadinya diisi Saekano.
Di eps 11, Tomoya memperkenalkan Michiru pada Kato, Eriri, dan Utaha-senpai sekaligus membujuk Michiru agar mau bergabung dengan circle blessing software menangani masalah musiknya. Tentu saja Michiru yang bukan otaku menolaknya karena dia sendiri ingin mengejar mimpinya bersama bandnya. Michiru malah menawari Tomoya untuk jadi manager band-nya. Sementara itu, tanpa sepengetahuan Tomoya, Kato belajar membuat game otodidak dengan bantuan Eriri sampai menginap. Kemudian keesokan harinya Kato menunjukkan hasil belajarnya pada Tomoya. Setelah lagu ending, Tomoya bersedia jadi manager bandnya Michiru dan berkata bahwa bulan depan bandnya akan manggung di suatu gig.
Di eps 12 atau terakhir, tibalah hari manggung bagi band yang bernama icy tail tersebut, yang ternyata tempat gig-nya di Mogra. Sebelum manggung, Tomoya me-reveal jatidiri sebenarnya dari icy tail yang tak diketahui Michiru. Ternyata selain Michiru, ketiga personilnya yakni Toki, Echika, dan Ranko adalah otaku. Lagu-lagu yang mereka mainkan selama ini pun ternyata anisong. Para member yang lain pun telah sepakat dengan Tomoya bahwa Michiru akan bergabung dengan blessing software sebagai ganti Tomoya jadi manager mereka. Sempat shock, akhirnya Michiru pun tetap mau manggung. Lagu yang dibawakan yakni Sorairo Days-nya Shokotan dan lagu original berjudul Cherish You. Sebuah performance yang sukses. 
Di akhir episode, setting sepertinya maju sekitar 1-2 bulan, blessing software berhasil menyelesaikan satu rute untuk game yang mereka buat.
Selesai sudah. Overall, sekitar 8,5/10. Seperti tertulis di atas, Saekano salah satu anime favorit musim dingin lalu. Salah satu faktor yang membikin ini jadi favorit adalah sosok Kato Megumi, sosok yang diplot sebagai main heroine. Karakter cewek rambut pendek (walau lama-lama panjang ponytail), cewek biasa, ekspresinya hampir datar, sungguh menarik perhatian. 
Selain itu, ceritanya secara keseluruhan memang menarik sih. Walaupun harem, tapi masih bisa saya tolerir, tidak terlalu jual fanservice. Berharap ada season dua. Sebagai penutup, saya kasih foto seorang cosplayer (yang kemarin me-notice saya) cosplay jadi Kato (sumber):

Monday, 23 March 2015

Hampa Menggelinjang di Udara

Tidak usah terlalu pedulikan judul di atas terutama kata-kata "menggelinjang di udara". Karena inti dari judul di atas hanyalah kata "hampa". Kehampaan setelah menonton episode terakhir Shigatsu wa Kimi no Uso.
Jadi intinya di episode terakhir (eps 22) Arima perform piano di pertunjukan musik. Di saat bersamaan Kaori menjalani operasi di rumah sakit. Sembari memainkan piano muncullah semacam bayangan imajiner Kaori memainkan biola bersama Arima. Menjelang lagu usai, bayangan Kaori pergi menghilang. Lagu pun usai. Arima menangis sambil mengucap, "Selamat jalan." Ini menandakan bahwa Kaori telah berpulang untuk selama-lamanya. 
Adegan pun berganti masuk ke part B dibuka dengan scene di pemakaman Arima menerima surat dari Kaori yang diserahkan oleh orang tuanya Kaori. Kemudian sepanjang part B sebagian besar berisi Arima membaca surat dari Kaori dengan muncul suara Kaori membacakan isi surat. Sebuah surat yang di dalamnya ada pengakuan tentang sebuah kebohongan yang dilalukan Kaori pada Arima. Di bagian akhir baca surat dibuat adegan seolah-olah Arima dan Kaori sedang berdialog.
Berakhir sudah kisah sinetron Dustamu di Bulan April ini. Kesan setelah nonton eps terakhir ini gak terlalu kerasa nyesek sih tapi rasanya hampa atau entah istilah apa yang tepat untuk mengungkapkannya. Hampa atas kematian Kaori. Sudah tahu sih sebenarnya kalau ending-nya Kaori akan meninggal. Waktu adengan Arima main piano pun sudah kelihatan death flag. Tapi ya begitulah, impact-nya tetap terasa. Hampa menggelinjang di udara. 
Overall, saya beri nilai 8/10 saja. Dari segi cerita dan terutama musik/lagunya bagus sih, tapi pace-nya agak terasa lambat. Saya pun nontonnya juga agak malas-malasan dan bukan jadi prioritas tontonan di hari Jumat. Aura kegalauan juga tidak terlalu kental, baru di beberapa episode terakhir kerasa. Dan untuk saya pribadi, shit lah dengan segala scene rumah sakit di situ. Sudah dua tahun ini, saya memang agak sensitif gimana-gimana dengan scene rumah sakit, operasi, lalu si tokoh meninggal. Bahkan agak kuat ada semacam rasa tertekan waktu adengan Kaori dioperasi. Tapi tetap saja saya menontonnya sampai akhir. Yang diakhiri dengan kehampaan. Selamat jalan Miyazono Kaori!