Thursday, 28 March 2013

Gelombang Nestapa KE666ALAUAN

Di akhir Maret ini, tibalah di saat menjelang penghujung Love Live! alias di eps 12. Di satu episode sebelum episode terakhir ini, para penonton seolah-olah dibawa ke dalam lembah ke666alauan mendalam.
Kegalauan pertama. Sambungan episode sebelumnya, [A]Honoka ambruk usai perform lagu baru, No brand Girl, saat bunkasai. Perform pun tidak dapat dilanjutken. Sebagai after effect, beberapa hari kemudian, nama μ's sudah tidak ada dalam daftar calon partisipan LoveLive!, dan mereka sendiri sepakat untuk batal ikut LoveLive!. Honoka langsung down dan sampai menangis mengetahui hal itu. 
Namun, setelah kegalauan pertama ini ada sedikit kabar gembira yang berupa bahwa sekolah mereka [Otonokizaka] tidak jadi ditutup tahun depan. Para personil μ's pun merayakan "keberhasilan" mereka itu. Sampai-sampai dua alpaca maskot sekolah pun ikut dihias. Di tengah kegembiraan perayaan itu, terjadilah kegalauan kedua.
Umi memberitahu bahwa Kotori akan pindah sekolah ke luar negeri. Atmosfer pun langsung berubah. Semua shock, terutama Honoka. Honoka kecewa kenapa Kotori tidak mengatakan itu sebelumnya. Tentu saja, itu bukan hal mudah bagi Kotori untuk mengatakannya. Karena Kotori sendiri juga tidak ingin berpisah dengan Honoka.
Shock tingkat sekian pun menerpa Honoka. Honoka merasa sangat bersalah dengan apa yang terjadi. Untuk menghilangkan kegalauan kedua ini, Eri dan yang lain pun mengusulkan untuk mengadakan pertunjukkan terakhir yang sekaligus ditujukan untuk perpisahan Kotori. Namun, kegalauan ketiga atau gelombang nestapa pun kembali mendera.
Eri dan yang lain [minus Kotori] berusaha menyemangati Honoka, yang terlalu down, dengan berkata bahwa itu bukan sepenuhnya salah Honoka dan masih ada kesempatan ikut LoveLive! selanjutnya. Tetapi, mungkin karena terlalu down, Honoka malah mempertanyakan apalah gunanya ikut LoveLive!, toh, sekolah sudah diselamatkan. Honoka juga berkata bahwa μ's tidak akan bisa mencapai level A-RISE. Tentu saja, perkataan Honoka menyulut amarah Nico. Nico pun marah-marah sampai ditahan Maki [saya suka adegan ini karena Maki meluk Nico, lol, NicoMaki FTW!!]. Pada akhirnya, puncak gelombang nestapa pun terjadi. Honoka menyatakan berhenti menjadi idol. Hal ini tentu saja membuat shock yang lain. Hingga kemudian di penghujung episode...
Begitulah. Sungguh saya tidak mengira kalau perkembangannya akan seperti ini. Di awal-awal tampaknya akan bahagia dan damai saja. Aura bahwa ini akan menuju ke ke666alauan sudah agak terasa di akhir Wonder Zone saat Kotori mendapat surat dari luar negeri. Walau begitu, tetap saja tidak terpikir seperti ini. Gelombangnya terlalu kuat mengena. Tetap terasa nyesek saat muter lagi eps 12 ini, termasuk untuk penulisan ini. Yah, selanjutnya sudah mencapai eps terakhir. Ntahlah, tidak tahu juga ending-nya akan seperti apa. 

Dan Sibyl pun berlanjut...

Mungkin agak telat seminggu nulis tentang ini, tapi bukankah lebih baik telat daripada tidak sama sekali? [halah]
Sudah hampir seminggu sejak episode terakhir Psycho-Pass berlalu. Ada ide untuk sedikit menulis tentang eps terakhir itu sejak beberapa hari lalu, tapi apa daya baru sempat sekarang, sembari mendengarken "CAUSE I FEEEEEEEEEEEEEEEL".
Di eps 22 [terakhir], intinya adalah Makishima akhirnya tewas kepalanya didor Kougami. Akane tidak bisa mencegah Kougami untuk membunuh Makishima. Lalu, Kougami pun menghilang. Tidak terjadi apa-apa terhadap Sibyl System. Dua bulan kemudian, Ginoza menjadi shikoukan [enforcer] di Kyouankyoku karena koefisien "kegalauan" melebihi batas dan jadi bawahan Akane yang masih sebagai kanshikan [inspektur]. Bergabung juga seorang kanshikan baru yang masih di bawah umur, jelmaan Buratei Marii [karena seiyuu-nya sama-sama Sakura Orine, lol]. Eps ini pun ditutup dengan penampakan sekilas Kougami dan kemudian muncul tulisan, 「正義は連鎖は、終わらないーSibyl still continues...」.
 
 
Setelah menonton eps terakhir, tiba-tiba saya teringat ending-nya Madoka Magica, yang kalau dipikir-pikir eps terakhir ini nuansanya mirip-mirip sedikit lah dan bisa saling dianalogikan. Analogi bodoh ala pikiran saya sih kira-kira begini: Makishima mati/kalah oleh Kougami seperti Walpurgisnacht oleh Madoka; Kougami menghilang seperti Madoka menghilang dari dunia tapi dalam hal ini Kougami tidak jadi dewa sebagaimana Madoka yang jadi dewi; setelah semua yang terjadi, Akane tetap menjalani hidup sebagai kanshikan seperti Homura yang tetap hidup sebagai puella magi. Yah, itu hanya analogi bodoh dari saya. Meminjam kata-kata khas seorang unseengarbage, siapalah saya ini berani-beraninya menganalogikan dua karya Gen Urobuchi ini.
Overall, saya nilai 8.5/10 sajalah. Langsung saya tulis saja salah satu amanat Psycho-Pass yang paling mudah saya tangkap, yakni bahwa tiada daripada hukum buatan manusia itu yang sempurna.